Jumat, 6 September 2019.
Pagi itu seperti biasa aku kesiangan, tepat pukul stngh 6 suars tegas dan garang keluar dari mulut manusia segarang singa
"Kak bangun, satu jam lagi kamu harus sdh brgkt!"
Suara ayahku keluar dg jelas memecah nyenyaknya tidurku. Huh kesal rasanya! Aku masih mengantuk! Pikirku tnpa mengucapkannya baik itu dlam hati sekalipun. Tp kesadaranku mengalahkan sifat buruk itu, sesegera mungkin aku terbangun dan kulihat bnyk anggota keluarga besar lainnya berkumpul. Tak terkecuali kakek nenek yg tampak bangga melihat cucunya akan pergi menempuh pendidikan baru. Selain itu, sang kakek juga membayangkan bahwa cucunya ini adalah seorang calon kapten kapal di masa depan. Kenapa hanya kakek nenek yg aku sebutkan? Karena beliau lah PONDASI ku agar ttp kokoh menerima hasil tes yg diluar dugaan.
'Aku yg mendaftar di sekolah penerbangan di bawah kementerian perhubungan, akhirnya hrs ikhlas bahwa aku diterimanya di pelayaran. "kalah karena jumlah uang ya, yasudah.", batinku pasrah. Sepulang dr kuliah stelah aku membaca hasil pengumuman dg rasa stngh tdk prcya, aku bertemu kakek nenek di rumah. Sang kakek selalu berpesan bahwa hasilku merupakan rejeki yang harus diambil. Sejak saat itu aku mulai sedkt demi sedikit berpikir secara terang dan terbuka.'
Kata" perpisahan sudah aku sampaikan ke teman-teman yang ada. Sesampainya di bandara sahabat"ku 4 anak(1 berhalangan hadir karena tuntutan kerja) ikut mengantarkan perjalanan ku hingga di bandara Juanda. Mereka tampak ikut membaur diantara keluarga besarku. Aku senang. Bandara tempat bagi mereka yg dtg bertmu keluarganya dan bagi mereka yang pergi meninggalkan kerabatnya. Untuk menyambut hal tsb, kami melingkar dan saling mengucapkan sepatah dua patah kata dan ditutup dg doa yg aku pimpin, dg harap kami dpt lengkap bertemu lg di kemudian tahun.
Setelah check in barang, melalui ayahku, aku dpat ijin untuk menemui keluargaku dan sahabat"ku. Sekedar berpamit dan mengucapkan kata" perpisahan. Aku lihat semua keluargaku sngt bahagia, sebagian menangis dg haru, namun ada pula yg menangis sedih. Yaitu keponakanku si cewek manis yg msh SD, karena itu ibunya yg jg tanteku ikut menangis. Aku peluk keduanya seraya mengucapkan "terima kasih" dan "baik baik y di sini". Dari sekian anggota keluarga yg ku pamiti, hanya satu yg membuat ketegaran hatiku luluh, yaitu ibu ku. Entah kenapa pelukannya begitu hangat, bahkan air mataku yg membeku tegar akhirnya meleleh dan membasahi kedua bola mataku.
Kemudian, aku berjalan menuju ruang check in lg yang selanjutnya sampai pada boarding pass. Di situ ayahku berhenti dan tak lagi mengantarkanku. Aku peluk beliau dg seragam olahraga TNI AL ny yg gagah. Kulihat raut wajahnya yg tegar itu bersedih. Kerutan di dahinya, kedua alis yg berusaha bersatu, menunjukkan jelas bahwa beliau benar-benar bersedih. Aku hanya dpat berkata:
"Terima Kasih, jasa Papa begitu besar buat kakak".
Pesawat take off menuju bandara Soekarno Hatta untuk sekedar transit pukul 09.05 WIB. Hingga nantinya aku sampai di Kabupaten Aceh Besar pukul 17.04 WIB.
0 komentar:
Post a Comment
Tinggalkan komentar