Kisah Urbanlegend | Untuk unduh cerita klik >> Disini <<
Suara - Suara Kesunyian
"Aaauung..." suara itu terdengar lagi. Sudah pukul
6 pagi rupanya. Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu olehnya. Hari dimana
dia dan majikannya akan berlibur ke Vancouver Canada, untuk menikmati semua
yang ada dikota itu. "Enaknya menjadi dia, dia tidak perlu bersusah payah
mencari makanan, dia tidak perlu bersusah payah mencari tempat berteduh di saat
hujan, dan juga tidak perlu mencari penghangat di kala salju turun dan
mendinginkan kota ini." Ujarku dalam hati. dia? Siapa dia? Ya, dia termasuk
salah satu anjing langkah di negara ini. Sejenis anjing Doberman dengan istri
jenis lain, entah kenapa aku tak tau. Yang jelas kakek buyutnya adalah anjing
Doberman asli. Dan yang kutahu, kakeknya berteman baik dengan kakekku. Namun
entah mengapa sekarang cucu-cucunya tidak berteman baik denganku.
Suara aungan Brownie, anjing Doberman itu terdengar lagi,
dia begitu gembira dengan kepergiannya nanti. Karena di hari yang sangat dingin
ini, dia akan pergi ke selatan, ke tempat yang paling nyaman di Canada ini.
Kurang lebih dua bulan lalu, ia pergi ke Niagra Falls dan hampir jatuh di sana,
aku mengetahuinya dari anak majikan Brownie. Majikannya orang kaya. Dua bulan
sekali dia diajak berwisata bersama anak sang majikan. Sedangkan aku.... Aku
hanya anjing buangan berjenis....seperti tadi yang kubilang, entah apa itu aku
tak tahu. Lagipula aku tak peduli. Kerjaku hanyalah mencari makanan disetiap
tong sampah rumah manusia. Aku dan teman-temanku selalu berkumpul setiap
malam, bercangkrama tentang apa yang terjadi disiang hari, saling bercanda,
saling menghangatkan dikala salju mendinginkan kota ini, tak jarang pula kami
tidur bersama dengan selimut karung yang tak kalah tebal dengan kamus bahasa
inggris. Terkadang kami bercerita tentang masa lalu kami, atau apalah yang dapat
kami ceritakan mmengenai kehidupan ini. walaupun kami hanya dapat berkomunikasi
dengan hati dan pikiran kami masing-masing, tetapi kami tetap melakukan
kegiatan rutin ini setiap malam.
Lihat dia, dia begitu gembira sekarang. Aku saja hanya
pernah berpergian sekali seumur hidupku, itupun dengan kereta salju yang reyot,
tidak dengan mobil mewah seperti itu. Aku dan teman-temanku, yang bergantian
menarik kereta salju itu, yang satu menumpang, yang lainnya menarik. Namun
sayang, saat kami tiba di kota itu, kota Dowson, daerah Yukon utara, kereta itu
hancur berkeping-keping, maklum kereta ini sudah seperti seonggok besi tua yang
terkena karat karena dimakan usianya yang telah mencapai empat belas tahun.
Kami mendapatkannya dari halaman belakang rumah majikan Brownie. Konon,
pemiliknya salah membeli, hingga ia rugi besar dan karena itulah kereta ini
dibuang dan tidak pernah dipakai lagi sejak tahun 1997.
"Hei, mengapa ia belum berangkat juga ke
Vancouver?" tanyaku kepada temanku yang dari tadi memperhatikan rumah
mewah itu. "Kurasa dia tidak jadi pergi.Lihat! Majikannya marah, dia terlalu
gembira hingga memecahkan guci seharga beberapa ribu dollar Canada,"
jelasnya panjang lebar. Kutatap lagi rumah mewahnya, pandanganku
berpindah-pindah mulai dari pintu, jendela, dinding, ubin, mobil, dan halaman yang
luas.
Namun dari semua kemewahan itu, aku lebih senang menatap
mobil yang katanya "Super Car" itu. Kupandangi mobil itu, kuamati
dalam-dalam, kulihat kira-kira 5 menit sampai aku merasa ada yang aneh dari
mobil ini, mobil ini mengeluarkan bau yang baunya seperti bau benda terbakar
hangus. Aku meraung-raung, handak memberitahu si pemilik rumah.
Sial! Usahaku rupanya tidak membuahkan hasil. Salah satu
manusia dari dalam rumah ini malah melempariku dengan benda panjang berlubang berwarna
hitam dan bertali, aku tak tahu namaya. Baik! Aku menganggap ini sebagai sebuah
penghinaan, aku tidak akan lagi memberitahu mereka. Aku akan diam, diam untuk
selamanya hanya untuk rumah ini.
"Brrrmm..." suara mobil Mr.Creeks yang mulai
menyala terdengar amat keras di telingaku, mereka sekeluarga telah berangkat.
"Aauung!" suara Brownie terdengar lagi di musim dingin ini,
kelihatannya dia menangis sedih karena dia tidak jadi pergi, kasihan dia. Dia
hanya memandangi mobil Mr.creeks penuh harapan, berharap mobil Mr.Creeks akan
kembali padanya. Tetapi, yang terjadi malah sebaliknya, mobil itu sudah tak
terlihat lagi, ditelan oleh garis cakrawala disana, di kaki langit.
"Prok" suara koran yang dijatuhkan oleh seorang
loper koran jatuh tepat di depan Davin, temanku. "Hei teman-teman! Lihat
halaman depan koran ini!" serunya mengagetkan semua temanku yang masih
terkantuk-kantuk di pagi buta ini. Dia berseru keras sambil membacakan koran
itu,"Sebuah mobil mewah 'Aston
Martin' terbakar hebat di jalan antara Vancouver dan White House, penyebabnya
belum di ketahui pasti mesin mobil meledak dan menyebabkan kebakaran yang
besar. Kerugian diperkirakan mencapai US$ 75.000 sampai US$80.000."
"Hah? Apa katamu? Siapa pemilik mobil itu?"
tanyaku berapi-api.
"Tidak di cantumkan, polisi belum dapat mengenal tiga
korban yang tebakar hangus itu," katanya. "Bisa jadi itu Mr.Creeks
dan keluarganya!" ujarku bersemangat. "Eh, seharusnya kita
berdukacita dong Vander, bukannya malah senang," ujar Sonya, istri tidak
resmi Davin. "Yah, kita lihat aja besok," kataku sambil mengakhiri
percakapan ini.
"Hoahem..." aku menguapa dan mendengus keras
setelah terbangun oleh sebuah bau yang menyengat hidungku. Tapi tunggu,bau apa
itu? Sebuah karangan bunga berbentuk lingkaran tertata rapi di depan pintu
rumah Mr.Creeks. Entah mengapa aku merasa senang melihat bunga-bunga itu.
Mungkin rasa iriku terhadap Brownie telah hilang, karena cepat atau lambat
Brownie pasti akan menjadi anjing sejenis aku dan teman-temanku. Sebab, tidak
akan ada manusia yang mau merawat anjing kelas atas seperti Brownie. Kau tahu
apa yang dimakan Brownie saat pagi,sian atau malam? Kurasa lima kaleng makanan
anjing saja tidak cukup.
1 Minggu kemudian...
Benar juga dugaanku, Brownie dikeluarkan dari rumah itu, dia
tidak diperbolehkan lagi makan dan tidur sesuka hatinya. Rumah majikannya
kosong, tak ada siapa-siapa, mungkin hanya beberapa pelayan majikannya yang
akan bersiap-siap untuk pergi. Dengar-dengar, saudara Mr.Creeks telah menjual rumah
itu. "Aauung!" tiba-tiba Brownie meraung lagi, suaranya makin
memekakkan telinga dan menyayat hati siapa saja yang mendengarnya. Dia sudah
tidak memiliki siapa-siapa. Dia sendirian. Setiap hari dia hanya berdiri dan
menunggu, berharap pintu pagar itu terbuka lagi untuknya. Namun, harapan
hanyalah tinggal harapan. Dia meninggal dalam kondisi kelaparan dan kedinginan
saat hari mulai gelap dan salju mulai turun. Tak ada yang mempedulikannya,
anjing yang lain pun tidak, aku apalagi.
Salju yang sedari tadi sudah turun tampaknya mulai
memancarkan keindahannya. Mereka bersedia menemani kepergian Brownie dengan
setia. Mungkin para salju tahu bahwa sudah tidak ada lagi suara-suara yang
menyibak semua keheningan di sudut-sudut kota ini. Semuanya telah tergantikan
oleh suara-suara kesunyian yang telah menguasai setiap jalanan di kota ini.