Sunday, 31 May 2015

Kisah Urbanlegend: Suara - Suara Kesunyian

Kisah Urbanlegend | Untuk unduh cerita klik >> Disini <<

Suara - Suara Kesunyian


"Aaauung..." suara itu terdengar lagi. Sudah pukul 6 pagi rupanya. Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu olehnya. Hari dimana dia dan majikannya akan berlibur ke Vancouver Canada, untuk menikmati semua yang ada dikota itu. "Enaknya menjadi dia, dia tidak perlu bersusah payah mencari makanan, dia tidak perlu bersusah payah mencari tempat berteduh di saat hujan, dan juga tidak perlu mencari penghangat di kala salju turun dan mendinginkan kota ini." Ujarku dalam hati. dia? Siapa dia? Ya, dia termasuk salah satu anjing langkah di negara ini. Sejenis anjing Doberman dengan istri jenis lain, entah kenapa aku tak tau. Yang jelas kakek buyutnya adalah anjing Doberman asli. Dan yang kutahu, kakeknya berteman baik dengan kakekku. Namun entah mengapa sekarang cucu-cucunya tidak berteman baik denganku.

Suara aungan Brownie, anjing Doberman itu terdengar lagi, dia begitu gembira dengan kepergiannya nanti. Karena di hari yang sangat dingin ini, dia akan pergi ke selatan, ke tempat yang paling nyaman di Canada ini. Kurang lebih dua bulan lalu, ia pergi ke Niagra Falls dan hampir jatuh di sana, aku mengetahuinya dari anak majikan Brownie. Majikannya orang kaya. Dua bulan sekali dia diajak berwisata bersama anak sang majikan. Sedangkan aku.... Aku hanya anjing buangan berjenis....seperti tadi yang kubilang, entah apa itu aku tak tahu. Lagipula aku tak peduli. Kerjaku hanyalah mencari makanan disetiap tong sampah rumah manusia. Aku dan teman-temanku selalu berkumpul setiap malam, bercangkrama tentang apa yang terjadi disiang hari, saling bercanda, saling menghangatkan dikala salju mendinginkan kota ini, tak jarang pula kami tidur bersama dengan selimut karung yang tak kalah tebal dengan kamus bahasa inggris. Terkadang kami bercerita tentang masa lalu kami, atau apalah yang dapat kami ceritakan mmengenai kehidupan ini. walaupun kami hanya dapat berkomunikasi dengan hati dan pikiran kami masing-masing, tetapi kami tetap melakukan kegiatan rutin ini setiap malam.

Lihat dia, dia begitu gembira sekarang. Aku saja hanya pernah berpergian sekali seumur hidupku, itupun dengan kereta salju yang reyot, tidak dengan mobil mewah seperti itu. Aku dan teman-temanku, yang bergantian menarik kereta salju itu, yang satu menumpang, yang lainnya menarik. Namun sayang, saat kami tiba di kota itu, kota Dowson, daerah Yukon utara, kereta itu hancur berkeping-keping, maklum kereta ini sudah seperti seonggok besi tua yang terkena karat karena dimakan usianya yang telah mencapai empat belas tahun. Kami mendapatkannya dari halaman belakang rumah majikan Brownie. Konon, pemiliknya salah membeli, hingga ia rugi besar dan karena itulah kereta ini dibuang dan tidak pernah dipakai lagi sejak tahun 1997.

"Hei, mengapa ia belum berangkat juga ke Vancouver?" tanyaku kepada temanku yang dari tadi memperhatikan rumah mewah itu. "Kurasa dia tidak jadi pergi.Lihat! Majikannya marah, dia terlalu gembira hingga memecahkan guci seharga beberapa ribu dollar Canada," jelasnya panjang lebar. Kutatap lagi rumah mewahnya, pandanganku berpindah-pindah mulai dari pintu, jendela, dinding, ubin, mobil, dan halaman yang luas.

Namun dari semua kemewahan itu, aku lebih senang menatap mobil yang katanya "Super Car" itu. Kupandangi mobil itu, kuamati dalam-dalam, kulihat kira-kira 5 menit sampai aku merasa ada yang aneh dari mobil ini, mobil ini mengeluarkan bau yang baunya seperti bau benda terbakar hangus. Aku meraung-raung, handak memberitahu si pemilik rumah.

Sial! Usahaku rupanya tidak membuahkan hasil. Salah satu manusia dari dalam rumah ini malah melempariku dengan benda panjang berlubang berwarna hitam dan bertali, aku tak tahu namaya. Baik! Aku menganggap ini sebagai sebuah penghinaan, aku tidak akan lagi memberitahu mereka. Aku akan diam, diam untuk selamanya hanya untuk rumah ini.

"Brrrmm..." suara mobil Mr.Creeks yang mulai menyala terdengar amat keras di telingaku, mereka sekeluarga telah berangkat. "Aauung!" suara Brownie terdengar lagi di musim dingin ini, kelihatannya dia menangis sedih karena dia tidak jadi pergi, kasihan dia. Dia hanya memandangi mobil Mr.creeks penuh harapan, berharap mobil Mr.Creeks akan kembali padanya. Tetapi, yang terjadi malah sebaliknya, mobil itu sudah tak terlihat lagi, ditelan oleh garis cakrawala disana, di kaki langit.

"Prok" suara koran yang dijatuhkan oleh seorang loper koran jatuh tepat di depan Davin, temanku. "Hei teman-teman! Lihat halaman depan koran ini!" serunya mengagetkan semua temanku yang masih terkantuk-kantuk di pagi buta ini. Dia berseru keras sambil membacakan koran itu,"Sebuah mobil mewah 'Aston Martin' terbakar hebat di jalan antara Vancouver dan White House, penyebabnya belum di ketahui pasti mesin mobil meledak dan menyebabkan kebakaran yang besar. Kerugian diperkirakan mencapai US$ 75.000 sampai US$80.000."

"Hah? Apa katamu? Siapa pemilik mobil itu?" tanyaku berapi-api.
"Tidak di cantumkan, polisi belum dapat mengenal tiga korban yang tebakar hangus itu," katanya. "Bisa jadi itu Mr.Creeks dan keluarganya!" ujarku bersemangat. "Eh, seharusnya kita berdukacita dong Vander, bukannya malah senang," ujar Sonya, istri tidak resmi Davin. "Yah, kita lihat aja besok," kataku sambil mengakhiri percakapan ini.

"Hoahem..." aku menguapa dan mendengus keras setelah terbangun oleh sebuah bau yang menyengat hidungku. Tapi tunggu,bau apa itu? Sebuah karangan bunga berbentuk lingkaran tertata rapi di depan pintu rumah Mr.Creeks. Entah mengapa aku merasa senang melihat bunga-bunga itu. Mungkin rasa iriku terhadap Brownie telah hilang, karena cepat atau lambat Brownie pasti akan menjadi anjing sejenis aku dan teman-temanku. Sebab, tidak akan ada manusia yang mau merawat anjing kelas atas seperti Brownie. Kau tahu apa yang dimakan Brownie saat pagi,sian atau malam? Kurasa lima kaleng makanan anjing saja tidak cukup.

1 Minggu kemudian...

Benar juga dugaanku, Brownie dikeluarkan dari rumah itu, dia tidak diperbolehkan lagi makan dan tidur sesuka hatinya. Rumah majikannya kosong, tak ada siapa-siapa, mungkin hanya beberapa pelayan majikannya yang akan bersiap-siap untuk pergi. Dengar-dengar, saudara Mr.Creeks telah menjual rumah itu. "Aauung!" tiba-tiba Brownie meraung lagi, suaranya makin memekakkan telinga dan menyayat hati siapa saja yang mendengarnya. Dia sudah tidak memiliki siapa-siapa. Dia sendirian. Setiap hari dia hanya berdiri dan menunggu, berharap pintu pagar itu terbuka lagi untuknya. Namun, harapan hanyalah tinggal harapan. Dia meninggal dalam kondisi kelaparan dan kedinginan saat hari mulai gelap dan salju mulai turun. Tak ada yang mempedulikannya, anjing yang lain pun tidak, aku apalagi.

Salju yang sedari tadi sudah turun tampaknya mulai memancarkan keindahannya. Mereka bersedia menemani kepergian Brownie dengan setia. Mungkin para salju tahu bahwa sudah tidak ada lagi suara-suara yang menyibak semua keheningan di sudut-sudut kota ini. Semuanya telah tergantikan oleh suara-suara kesunyian yang telah menguasai setiap jalanan di kota ini.

0 komentar:

Post a Comment

Tinggalkan komentar